Perumpamaan Tentang Pernikahan

Ada banyak peringatan Tuhan untuk kita yang hidup di akhir zaman dalam perumpamaan ini, mari kita pelajari bersama.

Matius 22:1-3 NKJV
And Jesus answered and spoke to them again by parables and said: “The kingdom of heaven is like a certain king who arranged a marriage for his son,  and sent out his servants to call those who were invited to the wedding; and they were not willing to come.

Dan Yesus menjawab dan berbicara pada mereka lagi melalui perumpamaan-perumpamaan dan berkata: “Kerajaan Surga itu seperti seorang raja yang mengatur sebuah pernikahan untuk anak laki-lakinya dan mengutus hamba-hambanya untuk memanggil mereka yang diundang ke pernikahan; dan mereka tidak bersedia untuk datang.

Perumpamaan ini adalah sebuah jawaban Yesus, lalu siapa yang bertanya atau berpikir tentang Dia? Perikop sebelumnya kita membaca Yesus sedang mengajar di sinagoge di mana terdapat imam-imam kepala, tua-tua dan orang Farisi.

Perumpamaan ini berkisah tentang seorang raja yang mengatur sebuah pernikahan untuk anak laki-lakinya. Siapa raja itu? Siapa anak raja itu? Raja itulah Bapa, anak raja itulah Yesus Kristus.

Sang raja mengutus hamba-hambanya untuk memanggil mereka yang telah diundang ke pernikahan itu. Dipanggil untuk apa? Untuk hadir di pesta? Apakah para tamu harus ‘dijemput’ ketika menghadiri pesta? Jadi untuk apa panggilan itu sebenarnya?

Awalnya pernikahan ini hanyalah dihadiri oleh mereka yang telah diundang. Jadi bukan pesta terbuka untuk umum. Ada keterbatasan jumlah orang yang boleh ikut dalam pesta ini. Siapakah para undangan ini? Pasti mereka adalah orang-orang yang punya hubungan khusus dengan raja dan kerajaan.

Siapa yang dimaksud? Bicara tentang kedekatan dengan Tuhan, jelas para imam Lewi-lah yang dimaksud, karena mereka yang melayani Tuhan dalam bait suci. Siapa yang berhubungan dg kerajaan surga? Mereka adalah bangsa Israel. Karena Yesus datang untuk domba yang hilang dari Israel (Matius 15:24).

Mereka dipanggil oleh raja, tetapi mereka tidak bersedia datang. Ini hal yang tidak biasa. Yang memanggil mereka adalah raja, berani menolak perintah dianggap sebagai sebuah pemberontakan. Inilah gambaran orang-orang yang tidak takut akan Tuhan dan tidak menghormati Tuhan.

Matius 22:4-7 NKJV
Again, he sent out other servants, saying, ‘Tell those who are invited, “See, I have prepared my dinner; my oxen and fatted cattle are killed, and all things are ready. Come to the wedding.” ’  But they made light of it and went their ways, one to his own farm, another to his business.  And the rest seized his servants, treated them  spitefully, and killed them.  But when the king heard about it, he was furious. And he sent out his armies, destroyed those murderers, and burned up their city.

Lagi, dia mengutus hamba-hambanya yang lain, berkata: “Beritahukan mereka yang diundang, “Lihatkah, aku telah persiapkan makan malam, lembu jantanku dan ternakku yang digemukkan telah disembelih, dan segalanya telah siap. Datanglah ke pernikahan ini.” Tapi mereka memberi keterangan tentang itu dan pergi menurut jalan mereka, yang seorang pergi ke ladangnya, yang lain ke urusannya sendiri. Dan sisanya menangkap hanba-hamba raja itu, menginjak-injaknya dengan penuh kebencian, dan membunuh mereka. Tapi ketika raja mendengar tentang itu, dia geram. Dan dia mengutus tentaranya, membinasakan para pembunuh, dan membakar kota mereka.

Rombongan hamba raja yang pertama pulang dengan berita mengecewakan, para undangan menolak untuk datang. Dan raja kembali mengutus rombongan hambanya yang kedua dengan berita yang lebih detail bahwa perjamuan makan malam pernikahan telah siap. Namun rombongan hamba ini tidak pulang karena mereka dibunuh. Raja geram lalu membunuh mereka dan menghanguskan kota mereka.

Tindakan menginjak orang pada zaman itu dilakukan terhadap tawanan perang yang berhasil dikalahkan. Ini sebuah bentuk penghinaan terhadap atasan si tawanan perang. Pantaslah raja geram karena merasa terhina. Bagaimana memperlakukan utusan raja diperhitungkan sama seperti memperlakukan terhadap raja secara langsung.

Ada 3 jenis orang yang menolak panggilan raja:
1. Pergi ke ladang
2. Sibuk mengurusi urusannya sendiri.
3. Benci pada raja sehingga membunuh para hamba raja.

Pesta berlangsung pada malam hari. Mereka ada di luar istana raja, perlu waktu untuk bersiap dan perlu waktu untuk menempuh perjalanan dari kota mereka menuju istana. Seharusnya mereka bersiap, tapi memang dari awalnya tidak bersedia untuk datang.

Perhatikan alasan mereka:

1. Pergi ke ladang – ladang itu sumber pencaharian hidup. Zaman sekarang bisa diumpamakan orang yang lebih mementingkan mencari uang daripada mencari Tuhan. Uang lebih penting dibandingkan Tuhan.

2. Sibuk dengan urusannya sendiri – sibuk dengan bisnisnya, keluarganya, hobbynya, dan sebagainya. Lebih mencintai diri sendiri, memanjakan diri sendiri, tidak merasa perlu Tuhan dalam hidupnya. Inilah gambaran orang-orang yang hidup tanpa Tuhan, beragama tapi tidak beribadah pada Tuhan.

3. Menbenci raja dan membunuh para hambanya – inilah gambaran orang-orang yang telah dikuasai iblis, memusuhi Tuhan dan para hamba-Nya.

Jangan sampai kita termasuk dalam 3 golongan ini. Uang, individualisme dan berhubungan dengan roh jahat, semuanya bisa membawa kita menjauhi Tuhan, tidak merasa perlu Tuhan bahkan memusuhi Tuhan. Tuhan tidak suka dan akan menghancurkan semuanya.

Matius 22:8-10 NKJV
Then he said to his servants, ‘The wedding is ready, but those who were invited were not worthy.  Therefore go into the highways, and as many as you find, invite to the wedding.’  So those servants went out into the highways and gathered together all whom they found, both bad and good. And the wedding hall was filled with guests.

Kemudian dia berkata pada para hambanya: “Pernikahan telah siap, tapi mereka yang diundang itu tidak layak. Karena itu pergilah masuk ke jalan-jalan besar, dan sebanyak yang kamu temui, undanglah ke pernikahan.” Lalu para hamba itu pergi masuk ke jalan-jalan besar dan mengumpulkan bersama semua yang mereka dapati, keduanya orang jahat dan baik. Dan tempat pernikahan itu dipenuhi oleh para tamu.

Undangan yang pertama ‘dibatalkan’ dan raja memberlakukan undangan yang ‘kedua’ yaitu mengundang orang-orang yang ada di jalan-jalan besar supaya datang ke pesta pernikahan. Ada orang yang jahat dan ada orang yang baik di antara mereka.

Orang-orang yang awalnya tidak diundang, akhirnya diundang raja dan masuk ke pesta pernikahan. Ini seperti para ‘Gentile’ yaitu bangsa-bangsa non Yahudi/Israel yang menerima keselamatan karena sebagian dari Israel menolak Injil yang Yesus beritakan. Mereka menolak ‘undangan’ keselamatan dan akhirnya keselamatan dibagikan juga kepada bangsa-bangsa lain (Roma 11:11).

Matius 22:11-13 NKJV
“But when the king came in to see the guests, he saw a man there who did not have on a wedding garment.  So he said to him, ‘Friend, how did you come in here without a wedding garment?’ And he was speechless.  Then the king said to the servants, ‘Bind him hand and foot, take him away, and cast him  into outer darkness; there will be weeping and gnashing of tee1th.’

Tapi ketika raja masuk untuk melihat para tamu, dia melihat seorang laki-laki di sana yang tidak mempunyai sebuah pakaian untuk pernikahan. Lalu dia berkata padanya: “Teman, bagaimana kamu masuk ke sini tanpa sebuah pakaian untuk pernikahan?” Dan dia diam/bungkam. Kemudian raja itu berkata pada para hambanya: “Ikat dia tangan dan kaki, bawa dia keluar/singkirkan dia, dan lemparkan dia ke dalam kegelapan di luar, di sana akan ada ratapan dan kertak gigi.

Sebuah teori berkata bahwa kebudayaan zaman itu tuan rumah menyediakan pakaian pesta bagi para tamu yang datang dan tidak punya baju pesta.

Logikanya saja, mungkinkah seorang bisa masuk tanpa pengawasan para hamba raja? Pasti penjagaan istana sangat ketat. Seandainya diberi pakaian pesta, lalu kenapa tidak dipakai? Agaknya orang ini datang bukan untuk berpesta. Apa dasar pernyataan ini?

Kenapa hanya raja yang melihat dan bertanya pada orang itu? Apakah para hamba raja itu tidak melihat orang ini?

Apa sebenarnya yang dilakukan orang itu di tempat pesta? Mengapa raja begitu marah? Bukankah kalau hanya soal baju pesta, raja cukup perintahkan seorang hambanya mengambil baju pesta dan memakaikannya pada orang itu?

Menarik bahwa di antara para tamu ada 2 golongan orang yaitu yang jahat dan yang baik. Mengapa ‘yang jahat’ disebutkan pertama baru kemudian ‘yang baik’? Sesuatu yang menjadi ‘yang pertama’ itu penting untuk diperhatikan.

Orang yang jahat akan selalu mencari kesempatan untuk berbuat jahat, apalagi di kerumunan orang banyak. Ada kesempatan, langsung ‘sikat’. Lebih mudah bersembunyi di kerumunan orang banyak.

Orang ini ‘speechless’ ketika ditanya raja, tidak mampu menjawab, kelu. Ini seperti orang yang ‘ketangkap basah’ dengan bukti hasil kejahatannya ada di tangannya.

Kita pasti pernah tahu bahwa ketika dalam ibadah di gereja, ada saja pencuri yang masuk ke ruang ibadah, ikut kebaktian lalu bila ada kesempatan langsung mencuri yang bisa dicuri.

I Korintus 6:10 NKJV
nor thieves … will inherit the kingdom of God.

juga tidak para pencuri … akan mewarisi kerajaan Tuhan.

Perhatikan bahwa raja itu menyuruh hambanya untuk mengikat tangan dan kaki orang itu. Kenapa tangan diikat? Supaya tidak bisa melakukan apa-apa. Artinya tangan orang ini telah melakukan sesuatu. Kaki diikat supaya tidak bisa kabur. Ini agaknya mengarah ke sebuah kesimpulan: mungkin orang ini telah melakukan kejahatan selama pesta berlangsung.

Orang ini masuk ke dalam bukan melalui pintu masuk. Bila melalui pintu masuk maka dipinjami pakaian pesta. Tapi ayat ini berkata dia tidak punya. Jadi masuk dari mana? Tidak diberitahu, namun pasti bukan dari pintu masuk, lolos dari pengawasan para hamba raja.

Tidak disebutkan dalam perumpamaan ini apa yang orang ini lakukan, dan ini bukan hanya sekedar soal baju pesta pernikahan. Orang ini melakukan yang jahat dan bisa merusak suasana sukacita di pesta itu. Dan ini membuat raja marah dan mengusir orang ini sementara pesta terus berlangsung.

Pakaian dalam makna rohani menggambarkan perbuatan kita. Lenan putih yang berkilauan menggambarkan perbuatan baik dari para orang kudus. Tidak berpakaian pesta bisa dimaknai tidak hadir untuk berpesta tapi punya agenda terselubung yang negatif. Tuhan melihat hati bukan sekedar tampilan luarnya. Dan karena ini sebuah perumpamaan, ada maksud yang ingin Yesus sampaikan pada orang yang mendengarnya.

Orang ini dicampakkan ke kegelapan di luar di mana ada ratap tangis dan kertak gigi, ini gambaran tentang neraka. Orang dimasukkan ke neraka karena perbuatan jahat sepanjang hidupnya. Jadi bukan sekedar soal berpakaian pesta atau tidak, tapi tentang perbuatan jahatnya.

Matius 22:14 NKJV
“For many are called, but few are chosen.”

“Karena banyak yang dipanggil, tapi sedikit yang terpilih.”

Tidak semua orang akan masuk surga bahkan tidak semua orang Kristen pasti masuk surga, akan ada seleksi untuk masuk surga, berbahagialah jika kita ada dalam golongan yang terpilih, menikmati keselamatan yang sempurna bersama Tuhan di surga.

Tuhan Yesus Memberkati !!

About KoDan

Tuhan bicara pada kita melalui berbagai cara, salah satunya melalui tulisan renungan yang diinspirasikan melalui pewahyuan Firman Tuhan, dan lewat media ini, kerinduan saya kita makin mengenal Tuhan Yesus Kristus lebih intim lagi.
This entry was posted in Akhir Zaman. Bookmark the permalink.