DI 22052025
Kolose 3:23-24 ILT3
Dan segala apa pun yang kamu lakukan, kerjakanlah dengan segenap jiwa seperti kepada Tuhan dan bukan kepada manusia,
karena mengetahui bahwa dari YAHWEH kamu akan menerima imbalan warisan, karena kamu sedang melayani Tuhan, yaitu HaMashiakh.
Di satu sisi, posisi kita di mata Tuhan adalah anak-anak-Nya, namun di sisi lainnya, kita ini adalah para hamba-Nya, keduanya sbnarnya tdk bertentangan satu dengan lainnya.
Kata penting dlm ayat ini adalah ‘warisan’, yg hanya bs diterima oleh org yg dewasa. Dalam Galatia 4:1 ini: Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu. Jadi posisi kita sbg seorang hamba menunjukkan bhw kita sedang menuju fase pertumbuhan rohani ke arah kedewasaan, jd masih butuh pendewasaan yang utuh supaya nantinya kita menjd dewasa secara rohani. Di fase inilah kita mulai mengalami perubahan dlm gays didikan terhadap kita, jika dahulu di saat masih Kanak-Kanak, banyak hal yg bisa dimaklumi walaupun salah, namun saat kita sedang didewasakan, tidak lagi bs dimaklumi kalau kita melakukan sesuatu spt pada waktu kanak-kanak dulu. Spt seorg anak yg sedang mengalami akil baliq secara jasmani, dalam hal rohanipun ada fase itu yaitu ketika semua dari kita menjd para hamba-Nya, sedang dlm proses pendewasaan.
Di fase inilah kita diajar utk melakukan yang harus dilakukan itu dgn segenap hati, seperti utk Tuhan, bukan utk manusia. Apa bedanya? Sederhananya spt ini: lebih serius mana jika sedang bekerja, ada yg mengawasi atau tidak ada yg mengawasi? Tentunya ketika sedang diawasi, tdk boleh ada salah prosedur, tdk bs sembarang mengobrol santai, dsbnya. Orang yang paham bhw dirinya adalah hamba-Nya Tuhan, sadar bhw mata Tuhan selalu melihat dan sedang mengawasinya walaupun Tuhan tdk terlihat oleh mata. Seperti org bekerja yg diawasi oleh CCTV yg dipasang, semua yang dikerjakan akan terlihat. Di sisi lain, lakukan sesuatu utk Tuhan biasanya memikirkan utk secara sempurna dlm melakukannya, jangan sampai Tuhan kecewa dgn hasil dr pekerjaan kita yg ada ‘cacatnya’. Jika ditolak Tuhan, ini sesuatu yg tdk baik, dan bs memicu tindakan yg sembrono spt saat persembahan Kain yg tdk diindahkan Tuhan, akhirnya Kain terbawa emosi dan membunuh Habel, adiknya.
Lakukan semuanya sebagai wujud rasa kasih dan penghambatan kita pd Tuhan. Jgn tidak memberikan yg sempurna dan terbaik untuk Tuhan, sadarlah bhw mata Tuhan mengawasi semua yg kita lakukan.